Mengenal Musik Gambus
Selain marawis, jenis
musik Islam yang juga begitu dekat dengan masyarakat Indonesia adalah gambus.
Gambus merupakan salah satu musik yang telah berusia ratusan tahun dan sampai
kini masih tetap populer.
Gambus berkembang sejak abad ke-19 bersama dengan kedatangan
para imigran Arab dari Hadramaut
(Republik
Yaman) ke Nusantara. Kalau para Walisongo menggunakan gamelan seba gai sarana
dakwah, para imigran Hadra maut yang datang belakangan menjadi kan gambus sebagai
sarananya.
Dengan
menggunakan syair-syair kasidah, gambus mengajak masyarakat mendekatkan diri
pada Allah dan meng ikuti teladan Rasul-Nya. Pada mulanya, para imigran Arab
membawa sendiri peralatan petik gambus dari negeri asalnya. Tetapi, kini sudah
diproduksi sendiri yang tidak kalah mutunya. Musik petik gam bus ini di Timur
Tengah dinamai oud. Jadi, istilah gambus hanya dikenal di Indonesia. Entah
siapa yang memulai menamakannya.
Sementara
itu, kasidahan mengumandangkan shalawat kepada Nabi, gambus berkembang menjadi
sarana hiburan. Tidak heran pada 1940-an sampai 1960- an (sebelum muncul
dangdut), gambus merupakan sajian yang hampir tidak pernah ketinggalan dalam
pesta-pesta perkawinan dan khitanan. Gambus sebenarnya cikal bakal dari musik
dangdut yang sekarang telah menjadi konsumsi pencinta musik, tidak hanya di
level me nengah dan bawah, tapi sudah merasuki kalangan level atas.
Salah
satu musisi gambus yang paling kesohor adalah Syech Albar, kelahiran Surabaya
1908, yang juga ayah penyanyi rock Achmad Albar. Pada tahun 1935, rayuannya
telah direkam dalam piringan hitam His Masters Voice. Suara dan petikan
gambusnya bukan saja digemari di Indonesia, tapi juga di Timur Tengah. Namun,
seiring dengan perkembangannya, kesenian gambus ini sudah mulai jarang
dipergunakan, apalagi di masyarakat umum. Kelompok masyarakat yang masih sering
memainkannya adalah masyarakat Arab keturunan.
https://republika.co.id/berita/omyt3f313/mengenal-musik-gambus
Komentar
Posting Komentar